Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan tahun baru Imlek sangatlah beragam. Namun, pada umumnya mengadakan perjamuan makan malam, serta penyulutan kembang api. Tahun Baru Imlek selalu dirayakan di daerah dengan populasi suku Tionghoa, dan dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Tionghoa dan memiliki pengaruh pada perayaan tahun baru di tetangga geografis Tiongkok, serta budaya yang dengannya orang Tionghoa berinteraksi meluas seperti: Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang (sebelum 1873), Hong Kong, Makau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan negara-negara lain atau daerah dengan populasi suku Han yang signifikan, Tahun Baru Imlek juga dirayakan, dan telah menjadi bagian dari budaya tradisional dari negara-negara tersebut
Seperti di Indonesia, sebuah Gereja Katolik yaitu Santo Antonius Padua yang berada Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, juga menggelar misa perayaan Tahun Baru Imlek 2573, pada hari Minggu, 6 Februari 2022 yang lalu. Misa perayaan Imlek 2573 ini telah menunjukkan toleransi dan keterbukaan gereja pada adat dan tradisi masyarakat Tionghoa.
Misa ini diselenggarakan dengan tema "Zhong Yong" atau "hidup ditengah dengan sempurna". Maksud dari tema ini adalah mengajak seluruh warga Indonesia, tidak cuma keturunan Tionghoa di Indonesia, untuk belajar berdiri di tengah. Dalam artian, harus mau belajar untuk memahami budaya dan agama lain, perspektif lain, dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk mewujudkan masyarakat yang saling memahami satu sama lain.
Tidak dapat dipungkiri, saat ini toleransi sangatlah penting, demikian yang dijelaskan oleh kata Ardi Pramono, Panitia misa Imlek Gereja Katolik Santo Antonius Padua.
Panitia yang terlibat dalam perayaan misa Tahun Baru Imlek ini, terdiri drai berbagai kalangan,tidak terbatas pada warga Tionghoa saja. Semua umat terlibat, dari yang lanjut usia termasuk kalangan muda. Tujuan mengajak kalangan muda, adalah agar terjadi regenerasi dari generasi senior ke generasi yang lebih muda. Dengan harapan, kegiatan ini bisa terus berlangsung dari tahun ke tahun.
Ada beberapa kegiatan yang berlangsung. Selain misa, juga ada makan bersama serta pertunjukan barongsai. Namun, tetap mengutamakan protokol kesehatan. Oleh sebab itu umat yang hadir dibatasi dengan menggunakan tiket. Yang mana tiket tersebut sudah dibagikan beberapa hari sebelumnya lewat ketua lingkungan dan penerimanya harus bisa menjamin bahwa yang bersangkutan dalam keadaan sehat.
Dengan cara tersebut, panitia berharap yang terbaik bagi masyarakat dan umat berhak untuk merasakan kebahagiaan yang membangkitkan optimisme di tengah pandemi yang tak kunjung selesai.
Dalam misa Imlek ini, bukan hanya pakaian serba merah dan ornamen oriental yang menghiasi lingkungan gereja. Khutbah yang diberikan oleh Romo Paroki Paulus Agung Wijayanto dilakukan dengan menggunakan bahasa Tionghoa yang kemudian diterjemahkan dengan bahasa Indonesia. Romo Agung juga menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan sebuah cara untuk bersyukur kepada Tuhan karena alam menyertai kita melalui kebudayaan- kebudayaan yang ada serta limpahan tradisi dan kebudayaan Tionghoa.