Sebutan Silsilah Keluarga Dalam Bahasa Indonesia

Di dalam bahasa Inggris, kata “grandparents” diartikan sebagai kakek dan nenek sementara jika menjadi “great grandparents”, maka itu akan menjadi buyut atau moyang. Begitu banyak sebutan istilah keluarga di negara lain atau dalam bahasa lain. Sementara Indonesia juga memiliki beberapa istilah meskipun terkadang hal itu akan membuat pendengarnya merasa bingung dan mencoba untuk mengkoneksikan satu per satu dengan yang lainnya supaya mereka paham siapa yang dimaksud.

 

 

Sebutan Istilah Keluarga Dengan Ego Sebagai Titik Tengahnya

Di dalam bahasa Indonesia, sering Anda mendengar kalimat seperti ibunya ibu maupun yang lainnya. Selain itu, mungkin Anda juga sering mendengar kata-kata seperti Eyang yang merupakan tantenya ibu maupun seperti cucunya memiliki anak dan anaknya punya anak lagi dan sebagainya. Biasanya anak kecil ataupun anak jaman sekarang sulit memahami sebutan silsilah keluarga seperti itu dan biasanya akan langsung kebingungan dan berusaha untuk mencoba mengingat maupun memahami dan menebak siapa yang dimaksud.

Mungkin hal tersebut terkesan aneh dan fiktif namun kenyataannya, banyak sekali ditemui di kalangan mastarakat. Akan tetapi, percakapan seperti itu membuat orang yang mendengarnya justru kesulitan untuk mengetahui dan juga menentukan apa julukannya. Apa julukan yang seharusnya diberikan untuk orang yang sedang dalam pembicaraan ini. Namun sesungguhnya, semua tidak mudah karena garis keturunan atau silsilah ini adalah yang luas dan juga rumit. Bahkan diri sendiri sesungguhnya memiliki bermacam-macam sebutan tergantung konteks dan orang yang bicara.

Sebutan silsilah keluarga ini sudah lama menjadi hal yang menarik namun aturan di dalam sebutan bahasa Inggris tersebut tidak diterapkan di dalam bahasa Indonesia ini. Sesuai dengan ketentuan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, istilah dalam silsilah umum yang terdapat di dalam bahasa Indonesia ini disebut Ego yang artinya diri sendiri yang merupakan titik tengah dari kekerabatan yang dimulai dari Cilawagi, Buyut, Moyang, Nenek dan Kakek, Ibu dan Bapak, Ego atau saya sendiri, anak, cucu, cicit atau buyut, piut atau canggah dan anggas.

Sebutan Silsilah Keluarga Dalam Setiap Levelnya

Tentunya adanya penamaan di dalam keturunan ini menimbulkan pertanyaan lainnya seperti bagaimana posisi dari buyut yang disebut pertama berbeda dengan yang disebut untuk kedua kalinya. Jawabannya adalah buyut yang disebut pertama itu seringkali digunakan secara bersamaan dengan adanya sapaan “Mbah” atau “Eyang” sehingga tidak sama dengan buyut yang disebut kedua setelahnya. Buyut dan Moyang itu posisinya tidak sama apalagi jika dalam nama bahasa Jawa.

Di dalam buku yang diterbitkan tahun 1939 yaitu Bausastra Jawa oleh Poerwadarminta dan juga ditambah dengan berbagai macam sumber, inilah beberapa silsilah yang ada di dalam bahasa Jawa di level kekerabatan atas yang dimulai dari Eyang Galih Asem, kemudian Eyang Debog Bosok, selanjutnya Eyang Gropak Senthe, lalu Eyang Gantung Siwur, kemudian Eyang Udheg-Udheg, Eyang Wareg, lalu Eyang Canggah, selanjutnya Eyang Buyut, Eyang yang merupakan kakek nenek dan terakhir adalah Bapak Ibu.

Sementara untuk istilah seperti Moyang akan dijadikan sebagai penunjuk dalam tingkatan silsilah itu seperti bapak dan ibu akan disebut dengan Moyang pertama lalu Eyang Buyut itu merupakan moyang ketiga dan demikian seterusnya. Sementara ada pula istilah untuk silsilah dari keturunan bawah yang dilihat dari Ego atau diri sendiri yang dimulai dari anak, putu, buyut, canggah, lalu wareng, kemudian udhek-udhek, gantung siwur, gropak senthe, lalu debog bosok dan galih asem.

Sebutan silsilah keluarga ini memang sangat rumit karena tidak semua orang bisa langsung memahami dan kebanyakan memang orang yang lebih tua yang sudah paham akan silsilah tersebut dan bisa mengetahui siapa orang yang dimaksud di dalam keluarga masing-masing.

Baca juga: Sebutan Nama Keluarga Dalam Bahasa Inggris

  • Tips Mencari Tukang Bangunan Untuk Perbaikan Rumah Bocor

    Udara yang segar dan relatif dingin adalah alasan utama seseorang betah tinggal di Bogor. Bagaimana tidak, ditengah kota Bogor terdapat Kebun raya. Dengan luas mencapai 87 hektar (ha), Kebun Raya Bogor memiliki peran yang penting. Diantaranya menjadi paru-paru kota yang memasok oksigen yang berlimpah bagi warganya. Namun dibalik dari rasa nyaman yang dirasakan, warga Bogor ternyata kerap mengalami berbagai masalah akibat curah hujan yang tinggi salah satunya adalah atap rumah yang bocor.

Gua Maria Sumber Kahuripan - Paroki Santo Fransiskus Asisi Cibadak, Sukabumi

Salah satu tempat ziarah dan berdoa bagi umat Katolik di Sukabumi adalah Gua Maria Sumber Kahuripan. Yang terletak di Jl. Perintis Kemerdekaan No.29, Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat 43155, sekitar ±19.33 Km dari Kantor Bupati Sukabumi. Gua Maria Sumber Kahuripan ini diresmikan oleh Uskup Bogor, Mgr Michael Cosmos Angkur, OMF pada tanggal 30 Mei 2004. Baca Selengkapnya...