Silsilah Keluarga Bukan Sekedar Arsip, Namun Sebuah Pemahaman Tentang Siapakah Kita! (Bagian Kedua)

Dalam budaya Jawa, dikenal sebuah ungkapan kepaten obor. Jika diartikan secara harfiah, ungkapan tersebut berarti obor yang mati. Namun, makna mendalam tersirat di baliknya. Ungkapan ini kerap disampaikan para sesepuh soal silsilah keluarga. Jangan sampai Anda tidak mengenali siapa kakek, nenek, ayah, ibu, sepupu, om, tante, anak, cucu, keponakan, hanya karena jarang atau tidak pernah bertemu. Keluarga yang kepaten obor dianggap kehilangan masa lalu, tak beridentitas keluarga, dan dianggap kehilangan harapan masa depan karena jejaknya terabaikan. Dari berbagai suku bangsa di Indonesia, masyarakat mengenal tiga sistem kekerabatan, yaitu:

 

 

 1.Sistem kekerabatan parental

Pada sistem ini anak menghubungkan diri dengan ayah dan ibunya, serta kerabat ayah dan ibu secara bilateral. Dalam sistem kekerabatan parental berlaku peraturan yang sama mengenai perkawinan, kewajiban menafkahi, penghormatan, dan soal warisan. Sistem kekerabatan ini biasanya berlaku pada suku Jawa, Madura, Sunda, Kalimantan, dan Sulawesi.

 

 

2. Sistem kekerabatan patrilineal

Pada sistem ini keturunan didasarkan pada garis ayah. Anak menghubungkan diri dengan ayah, baik secara garis keturunan atau secara unilateral lewat kerabat ayah dari garis keturunan laki-laki. Biasanya, kedudukan seseorang dari pihak bapak menempati posisi lebih tinggi, sehingga hak-haknya juga lebih banyak. Sistem kekerabatan ini biasa Anda jumpai pada suku Batak dan Bali.

 

 

3. Sistem kekerabatan matrilineal

Berlawanan dengan patrilineal, garis keturunan sistem kekerabatan matrilineal justru mengambil garis ibu. Anak juga menghubungkan diri dengan kerabat ibu sesuai garis keturunan perempuan secara unilateral. Dalam susunan masyarakat, keturunan garis ibu berkedudukan lebih penting dan punya hak lebih banyak, misalnya dalam urusan warisan. Anda bisa menemukan sistem kekerabatan ini pada suku Minangkabau.

Selain mengenal tiga sistem kekerabatan, dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah juga dikenal berbagai sebutan untuk menyebut atau memanggil kerabat. Pemanggilan itu biasanya berdasarkan silsilah keluarga yang ada. Diharapkan, dengan mengenal posisi anggota keluarga lain, Anda bisa memanggil kerabat dengan benar, tidak sampai salah menyebut.

Situasi ini kerap membingungkan mereka yang jarang bertemu dengan kerabat dalam keluarga besarnya. Sebagai contoh, saat berkunjung ke rumah sepupu ayah/ibu, Anda harus memanggil mereka apa? Apakah ayah/ibu Anda lebih tua atau lebih muda dari sepupunya? Nah, kebingungan itu bisa terjawab lewat pengenalan silsilah keluarga.

Masyarakat Indonesia masih menekankan pentingnya mengetahui silsilah keluarga. Maka, hubungan kekerabatan antar anggota keluarga besar benar-benar dijaga. Anda tentu ingat saat kecil selalu diajak orang tua berkunjung ke rumah sanak saudara yang belum pernah bertemu. Demikian pula ketika mudik lebaran atau hari besar lain seperti pernikahan dan khitanan. Setiap keluarga akan saling memperkenalkan diri sebagai upaya membangun pemahaman bahwa Anda dan mereka adalah keluarga besar.

 

 

Lebih lanjut, keberadaan silsilah keluarga penting untuk hal-hal berikut ini.

a. Mengetahui akar keluarga

Dengan mengetahui dan memahami asal usul, Anda menemukan jawaban untuk pertanyaan mendasar setiap orang: siapakah saya? Anda tahu berasal dari mana, keturunan siapa, berikut sejarah keluarga. Ini membantu Anda mempunyai identitas diri yang otentik.

 

 

b. Menjaga hubungan dan silaturahmi dalam keluarga besar

Pada dasarnya, manusia tidak bisa hidup sendiri, itulah mengapa manusia disebut makhluk sosial. Menjaga hubungan dan mempererat tali silaturahmi adalah modal terbaik untuk support system Anda. Dalam situasi susah dan senang, mereka siap membantu dan berbagi dengan Anda.

 

 

c. Memperkenalkan sejarah keluarga pada anak

Sebuah penelitian di Emory University, Georgia, Amerika Serikat  pada tahun 2010 menunjukkan anak yang mengenal sejarah keluarganya dengan baik mempunyai self-esteem lebih tinggi dan lebih tangguh dalam menangani efek stres.

Membicarakan sejarah keluarga, seperti siapa orang tua Anda, di mana mereka bertemu, bagaimana dengan kakek nenek Anda, dst, memberikan anak sebuah identitas dan membuatnya mengerti siapa mereka di dunia ini. Anak jadi sadar bahwa ia bukanlah satu-satunya orang terpenting. Dunia tidak berputar di sekeliling anak, tetapi ia adalah bagian dari sebuah keluarga besar, satu mata rantai dari deretan rantai keluarga yang panjang.

 

 

d. Menjaga garis keturunan guna melestarikan silsilah keturunan keluarga besar ke generasi-generasi berikutnya.

Silsilah keluarga terus berkembang dari waktu ke waktu, mengingat siklus hidup manusia juga berulang kembali. Dengan adanya silsilah keluarga, ini menjadi warisan penting bagi generasi berikut untuk mengetahui siapa diri mereka dan dari mana mereka berasal.

Begitu pula dengan siapa saja kerabat mereka, di mana mereka tinggal, apa hubungan kekerabatannya, dan seterusnya. Maka, risiko kejadian “kehilangan jejak” keluarga atau terputusnya tali silaturahmi dengan sesama anggota keluarga bisa ditekan seminimal mungkin lewat upaya pembuatan silsilah keluarga ini.

--- Bersambung ke bagian ketiga ---